Jumat, 31 Oktober 2014

Behind The Scene of The Royal Bread






  The Royal Bread adalah novel ketiga yang selesai saya tulis, dan novel kedua saya yang sudah diterbitkan Ping!!! Diva Press. Dan berikut beberapa fakta di balik layar pembuatan novel ini.

1. Pada awalnya, novel ini akan saya beri judul "Another Sleeping Beauty" tapi setelah dipikir-pikir, judul itu tidak terlalu cocok dengan alur ceritanya.

2. Tokoh protagonis dalam novel adalah anak seorang tukang roti. Saya terinspirasi dari karakter Peeta Mellark (The Hunger Games) yang juga adalah anak tukang roti.

3. Tema cerita ini saya terinspirasi dari pernikahan Kate Middleton dan Pangeran William.

4. Naskah novel ini diselesaikan kurang dari 60 hari.

5. Bangunnya Sang Putri dari koma terinspirasi dari kisah Sleeping Beauty dan Charlotte Neve, seorang gadis kecil yang terbangun dari koma setelah ibunya menyanyikan lagu Adele, 'Rolling in the Deep'

6. Bentuk kotak musik yang membangunkan Sang Putri dari koma terinspirasi dari bentuk mp3 yang saya punya.
 
Nah itulah fakta-fakta di balik pembuatan novel The Royal Bread ini. :)
 

Selasa, 05 Agustus 2014

review The Fault In Our Stars (John Green)


Baru selesai melahap novel ini beberapa hari yang lalu. Gak sengaja beli novel ini sebenernya. Waktu itu aku lagi nyari novel Never Let Me Go karya Kazuo Ishiguro, cuman gak ada. Setelah sejam keliling Gramed, akhirnya saya bimbang, mau beli novel Insurgent karya Veronica Roth (sekuel Divergent) atau novel ini? Dan akhirnya pilihanku jatuh ke The Fault In Our Stars (TFIOS) karya John Green, penulis bestseller dunia.

Sebelumnya aku sempet liat di google kalau ceritanya tentang kanker. Terus aku berpikir, akankah ceritanya miirip cerita Keke di Surat Kecil Untuk Tuhan (SKUT)? atau kaya film Pupus?

Adegan dibuka dengan narasi Hazel Grace (protgonis) yang ngerasa sebel dan jengkel sama kanker tiroid yang dideritanya. Ini sebel lho ya, bukannya sedih dan pasrah. Jadi, si Hazel ini tuh penderita kanker tiroid dan udah menjalar ke paru-parunya. Oleh sebab itu, dia harus pake kanula (selang yang dipasang di hidung) yang dihubungkan dengan tangki oksigen portable yang bisa didorong kemana-mana buat bantuan pernapasan.

Awalnya si Hazel ini anak rumahan, gak mau kemana-mana. Tapi kemudian ibunya menyuruh Hazel buat ngikutin semacam seminar kanker gitu yang isinya penderita kanker dan mantan penderita kanker. Seminar itu dipimpin oleh mantan penderita kanker yang menyerang buah pelirnya.
Suatu hari, Hazel ketemu sama mantan penderita kanker yang kehilangan kakinya. Jadi dia pake kaki palsu. Namanya Augustus Waters.
Dari situ, Hazel mulai dekat sama Augustus. Hazel ngerekomendasiin novel favoritnya ke Augusus, judunya Kemalangan Luar Biasa karya Peter Van Houten.
Gak seperti novel kebanyakan, Kemalangan Luar Biasa ini berakhir di tengah-tengah kalimat. Dan itu bikin Hazel dan Augustus (Gus) penasaran. Akhirny Gus mengajak Hazel dan ibunya ke Amsterdam untuk menemui Peter Van Houten. Tapi ternyata Van Houten sudah jadi pemabuk yang menyedihkan. Dia malah mengatai Hazel dan penyakit yang dideritanya. Hazel marah dan sangat kecewa kepada Van Houten.
Sepulang dari Amsterdam, Gus mengaku pada Hazel kalau dia kena kanker lagi. Kankernya menyebar di selururh tubunya seperti lampu pohon natal. Hazel akhirnya berusaha menghibur Gus. Tapi hari demi hari, kondisi Gus memburuk. Hingga suatu hari, Gus meninggal. Hazel benar-benar terpukul atas kematian Gus.
Cerita diakhir ketika Hazel membaca surat terakhir Gus kepada Van Houten yang berisi curhatan Gus tentang Hazel.

Ending buku ini menggantung. Dan (sepertinya) tidak ada sekuelnya. Aku jadi kepikiran kaya Hazel. Pengen nemuin John Green dan minta kelanjutan ceritanya. Tapi untuk keseluruhan buku ini adalah bacaan wajib. Aku kasih poin 8/10 untuk buku ini.

Sabtu, 05 Juli 2014

Behind The Scene of The Sweetest

My First Novel. Novel The Sweetest ini diterbitkan oleh Ping!! Diva Press Oktober lalu. Ini merupakan novel perdanaku dengan tema teenlit. Perjalanan novel ini cukup panjang dan melelahkan (Ciee..)
Saya menerbitkan novel ini lewat jalur khusus dari Pak Edi (CEO Diva Press). Awalnya saya mencoba untuk mengirimkan cerpen buat dikomentar sama beliau. Soalnya waktu itu saya bener-bener suka nulis, tapi gak tau tekniknya, ribet, kan? Nah, setelah saya bikin cerpen, Pak Edi bilang tema cerpen saya gak cocok kalo jadi novel. Well, memang basic saya bukan di cerpen. Jujur, saya gak bisa nulis cerpen. Jujur lho, sejujur-jujurnya. Nah, kemudian beliau menawarkan saya untuk membuat novel teenlit. Jujur lagi nih, ini pertama kalinya saya nulis novel teenlit. Keseringan saya nulis genre fantasi.
Setelah itu saya coba kirim sinopsisnya dan Bab 1. Ternyata bener, kan? teknik nulis saya masih ada yang salah. Setelah dibimbing oleh beliau, akhirnya saya berhasil merampungkan novel ini dalam waktu 15 hari. Waktu itu saya masih kelas XI dan banyak libur karena kelas XII nya mau UN.
Setelah dikirimkan, gak disangka novel saya di acc dan beberapa hari kemudian saya mendapat MoU pertama saya. allhamdulillah. Setelah saya tanda tangan dan kirim ulang MoU nya, saya tinggal menunggu novelnya terbit. dan Allhamdulillah, akhirnya terbit dan bisa bertengger di toko buku-toko buku di Indonesia. Kebayangkan? saya kirim naskahnya April dan baru terbit Oktober, panjang bukan? Tapi penantian itu akhirnya membuahkan hasil.
Oya, saya juga menulis dua novel berikutnya yang sedang dalam proses penerbitan.